Banyak tersebar di tengah-tengah kaum muslimin sebuah riwayat dari Anas bin Malik. Beliau mengatakan, ”Ketika tiba bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam biasa mengucapkan,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِى رَمَضَانَ
”Allahumma baarik lanaa fii Rojab wa Sya’ban wa ballignaa Romadhon  [Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan perjumpakanlah kami  dengan bulan Ramadhan]”.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Suniy dalam ’Amalul  Yaum wal Lailah.
Namun perlu diketahui bahwa hadits ini adalah hadits yang lemah (hadits  dho’if) karena di dalamnya ada perowi yang bernama Zaidah bin  Abi Ar Ruqod. Zaidah adalah munkarul hadits (banyak  keliru dalam meriwayatkan hadits) sehingga hadits ini termasuk hadits  dho’if. Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam  Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih  (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam takhrij Musnad Imam Ahmad.
Kesimpulan: Do’a di atas tidak ada tuntunannya sama sekali, karena dibangun di atas hadits yang lemah (dho’if), hadits dhoif tidak dapat dijadikan HUJJAH dalam ber'amal. Banyak hadits-hadits yang menceritakan tentang keutamaan bulan rajab, tetapi banyak sekali yang DHAIF.
Berikut beberapa artikel mengenai Hadits Palsu seputar Amalan di Bulan Rajab, semoga kita dapat mengambil hikmah.
Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang    tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang    Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan    keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari    bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya    dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula    yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan    berperang pada bulan-bulan itu.
 Allah juga mengkhususkan hari Jum’at dalam sepekan untuk berkumpul shalat    Jum’at dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.
Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad,[1] bahwa Jum’at mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jum’at atau puasa pada hari Jum’at, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum’at untuk beribadah dari malam-malam yang lain dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jum’at dari hari-hari yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jum’at itu) dengan puasa yang biasa kalian berpuasa padanya.” [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban (no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)]
Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang dengan menjanjikan terkabulnya do’a dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar.
Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab.
Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan shalat dan puasa di bulan Rajab.
HADITS PERTAMA
 “Artinya : Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan    ummatku”
Keterangan: HADITS INI “ MAUDHU’
Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): “Hadits ini maudhu’.” [Lihat Maudhu’atush Shaghani (I/61, no. 129)]
Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada lafazh:
“Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib…”
Keterangan: HADITS INI MAUDHU’
Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): “Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Muhammad bin Sa’id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin ‘Abdullah as-Shan’any, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu’. [Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if (no. 168-169)]
Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): “Hadits ini palsu dan yang tertuduh memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: “Rawi-rawi hadits tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka.” [Al-Maudhu’at (II/125), oleh Ibnul Jauzy]
Imam adz-Dzahaby berkata: “ ’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadits.”
Kata para ulama lainnya: “Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat ar-Raghaa’ib.” [Periksa: Mizaanul I’tidal (III/142-143, no. 5879)]
HADITS KEDUA
 “Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan    al-Qur’an atas semua perkataan, keutamaan bulan Sya’ban seperti    keutamaanku atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan seperti keutamaan    Allah atas semua hamba.”
Keterangan: HADITS INI MAUDHU’
Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany: “Hadits ini palsu.” [Lihat al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’ (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh Ali al-Qary al-Makky (wafat th. 1014 H)]
HADITS KETIGA:
 “Artinya : Barangsiapa shalat Maghrib di malam pertama bulan Rajab, kemudian    shalat sesudahnya dua puluh raka’at, setiap raka’at membaca al-Fatihah dan    al-Ikhlash serta salam sepuluh kali. Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya    Jibril mengajarkan kepadaku demikian.” Kami berkata: “Allah dan Rasul-Nya    yang lebih mengetahui, dan berkata: ‘Allah akan pelihara dirinya, hartanya,    keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab Qubur dan ia akan melewati    as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak disiksa.’”
Keterangan: HADITS MAUDHU’
Kata Ibnul Jauzi: “Hadits ini palsu dan kebanyakan rawi-rawinya adalah majhul (tidak dikenal biografinya).” [Lihat al-Maudhu’at Ibnul Jauzy (II/123), al-Fawaa'idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh as-Syaukany (no. 144) dan Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah al-Maudhu’at (II/89), oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani (wafat th. 963 H).]
HADITS KEEMPAT
 “Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab dan shalat empat    raka’at, di raka’at pertama baca ‘ayat Kursiy’ seratus kali dan di    raka’at kedua baca ‘surat al-Ikhlas’ seratus kali, maka dia tidak mati    hingga melihat tempatnya di Surga atau diperlihatkan kepadanya (sebelum ia    mati)”
Keterangan: HADITS INI MAUDHU’
Kata Ibnul Jauzy: “Hadits ini palsu, dan rawi-rawinya majhul serta seorang perawi yang bernama ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah perawi matruk menurut para Ahli Hadits.” [Al-Maudhu’at (II/123-124).]
Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah rawi yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)]
HADITS KELIMA
 “Artinya : Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rajab (ganjarannya) sama    dengan berpuasa satu bulan.”
Keterangan: HADITS INI SANGAT LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu’.
Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bernama al-Furaat bin as-Saa’ib,    dia adalah seorang rawi yang matruk. [Lihat al-Fawaa-id al-Majmu’ah (no.    290)]
 Kata Imam an-Nasa’i: “Furaat bin as-Saa’ib Matrukul hadits.” Dan kata    Imam al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: “Para Ahli Hadits meninggalkannya,    karena dia seorang rawi munkarul hadits, serta dia termasuk rawi yang matruk    kata Imam ad-Daraquthni.” [Lihat adh-Dhu’afa wa Matrukin oleh Imam    an-Nasa'i (no. 512), al-Jarh wat Ta’dil (VII/80), Mizaanul I’tidal    (III/341) dan Lisaanul Mizaan (IV/430).]
HADITS KEENAM
 “Artinya : Sesungguhnya di Surga ada sungai yang dinamakan ‘Rajab’    airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang puasa    satu hari pada bulan Rajab maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air    sungai itu.”
Keterangan: HADITS INI BATHIL
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di dalam kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy telah menceritakan kepada kami Musa bin ‘Imran, ia berkata: “Aku mendengar Anas bin Malik berkata, …”
Imam adz-Dzahaby berkata: “Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan darinya, Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rajab. Mansyur bin Yazid adalah rawi yang tidak dikenal dan khabar (hadits) ini adalah bathil.” [Lihat Mizaanul I’tidal (IV/ 189)]
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Musa bin ‘Imraan adalah majhul dan aku tidak mengenalnya.” [Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1898)]
HADITS KETUJUH.
 “Artinya : Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rajab, dituliskan    baginya (ganjaran) puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada    bulan Rajab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api Neraka,    barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rajab, maka Allah membukakan    baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Surga. Dan barang siapa puasa    nishfu (setengah bulan) Rajab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang    mudah.”
Keterangan: HADITS INI PALSU
Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa’idul Majmu’ah fil Ahaadits al-Maudhu’ah (no. 288). Setelah membawakan hadits ini asy-Syaukani berkata: “Suyuthi membawakan hadits ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnu’ah, ia berkata: ‘Hadits ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan dari Anas secara marfu’.’”
Dalam sanad hadits tersebut ada dua perawi yang sangat lemah:
[1]. ‘Amr bin al-Azhar al-‘Ataky.
 Imam an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits.” Sedangkan kata Imam    al-Bukhari: “Dia dituduh sebagai pendusta.” Kata Imam Ahmad: “Dia sering    memalsukan hadits.” [Periksa, adh-Dhu’afa wal Matrukin (no. 478) oleh Imam    an-Nasa-i, Mizaanul I’tidal (III/245-246), al-Jarh wat Ta’dil (VI/221) dan    Lisaanul Mizaan (IV/353)]
[2]. Abaan bin Abi ‘Ayyasy, seorang Tabi’in shaghiir.
 Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan    haditsnya).” Kata Yahya bin Ma’in: “Dia matruk.” Dan beliau pernah    berkata: “Dia rawi yang lemah.” [Periksa: Adh Dhu’afa wal Matrukin (no.    21), Mizaanul I’tidal (I/10), al-Jarh wat Ta’dil (II/295), Taqriibut    Tahdzib (I/51, no. 142)]
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Syaikh dari jalan Ibnu ‘Ulwan dari Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: “Ibnu ‘Ulwan adalah pemalsu hadits.” [Lihat al-Fawaaidul Majmu’ah (hal. 102, no. 288).
Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits tentang keutamaan Rajab, shalat Raghaa'ib dan puasa Rajab, akan tetapi karena semuanya sangat lemah dan palsu, penulis mencukupkan tujuh hadits saja.
[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
_________
 Foote Note
 [1]. Zaadul Ma’aad (I/375) cet. Muassasah ar-Risalah.

